Drama adalah merupakan genre (jenis)
karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak. Drama
menggambarkan realita kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui
peran dan dialog yang dipentaskan.
Watak dan dialog para tokoh yang dipentaskan merupakan salah satu kekuatan dari drama. Akan tetapi, bukan hanya itu kekuatan dari drama,
melainkan juga terletak pada alur cerita drama itu sendiri. Alur cerita yang akrab dengan
masyarakat akan membuat penonton
atau penikmat drama mudah
memahami cerita yang disampaikan dalam
drama tersebut.
Unsur-Unsur Drama
1. Penokohan
merupakan penciptaan citra tokoh dalam drama
2. Tokoh
merupakan pelakon dalam drama yang membawakan karakter tertentu.
Tokoh-tokoh dalam
drama diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil)
a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil)
Tokoh ini
mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Berfungsi untuk
menegaskan tokoh lain.
b. Tokoh
idaman (the type character)
Tokoh ini
berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, dan
terpuji.
c. Tokoh
statis (the static character)
Tokoh ini
mempunyai peran yang tetap sama tanpa perubahan mulai dari awal hingga akhir
cerita.
d. Tokoh
yang berkembang.Tokoh yang sebelumnya setia berubah menjadi berkhianat.
Dapat juga dikatakan tokoh yang sebelumnya miskin berubah menjadi kaya.
Dapat juga dikatakan tokoh yang sebelumnya miskin berubah menjadi kaya.
3. Tema
adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama.
4. Alur
Pengertian Alur menurut para tokoh:
a. Menurut Wahyudi
Siswanto. 2008. alur adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
b. Aminuddin (2004: 83) Alur / plot
adalah kesinambungan dari sebuah jalan cerita. Urutan cerita dapat tersusun
secara sistematis atas urutan waktu, peristiwa / kejadian dari sebab dan
akibat.
c. Hariyanto(2000:39 Alur) merupakan
jalan cerita atau urut-urutan peristiwa dalam drama dari awal sampai akhir.
Dengan demikian,
rangkaian cerita yang disusun secara sistematis dari awal sampai akhir dan
terjalin sebuah cerita yang menampilkan para pelakonnya disebut dengan alur.
Alur dapat dikatakan juga merupakan pergerakan cerita dari awal, tengah, akhir.
Ketiga bagian itu diapit oleh dua bagian penting lainnya, yakni prolog dan
epilog.
1) Prolog adalah kata pembuka, pengatar, ataupun latar
belakang cerita yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
2) Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan
ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya
disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
Selain kedua hal
di atas, dalam drama terdapat dialog. Dialog dalam drama meliputi bagian
orientasi, komplikasi, dan resolusi. Bagian-bagian itu terbagi dalam
babak-babak dan adegan-adegan. Satu babak biasanya mewakili satu peristiwa
besar dalam dialog yang ditandai oleh suatu perubahan atau perkembangan peristiwa
yang dialami tokoh utamanya. Adapun adegan hanya melingkup satu pilihan-pilihan
antara beberapa tokoh.
5. Dialog adalah percakapan dalam drama. Dialog
tersebut haruslah memenuhi dua tuntutan, yaitu:
a. dialog harus
menunjang gerak laku tokohnya
b. dialog yang diucapkan
di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari.
6. Diksi adalah
pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu dan sesuai yang diharapkan.
7. Latar adalah
keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah drama, sedangkan
di atas pentas, latar merupakan dekor pemandangan, seperti pengaturan tempat
kejadian, perlengkapan dan pencahayaan.
1) Orientasi,
yaitu memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi, mengajukan konflik yang
akan dikembangkan dan membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.
2) Komplikasi,
yaitu mengembangkan konflik.
3) Resolusi
atau denouement hendaknya muncul
secara logis dari apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi.
Titik batas antara yang memisahkan komplikasi dan
resolusi biasanya disebut klimaks (turning
point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang
tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita bergantung pada
sesuai-tidaknya perubahan yang mereka harapkan.
Tiga elemen penting dalam drama, yaitu:
1) Tokoh
protagonis dan antagonis
2) Wawancang,
yaitu dialog atau percakapan yang diucapkan oleh para tokoh.
3) Kramagung,
petunjuk atau perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh
tokoh. Dalam naskah biasanya
dituliskan dalam tanda kurung dan
dicetak miring.
Tahap-Tahap
Alur Cerita Drama
a. Tahap Eksposisi / Perkenalan
Dalam tahap ini,
pengarang memperkenalkan para tokoh dan memberikan gambaran peristiwa
yang akan terjadi.
Eksposisi sering disebut sebagai paparan.Eksposisi adalah
bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar.Biasanya
eksposisi terletak pada bagian awal.
b. Tahap Konflik Awal
Pada tahap ini,
tokoh mulai terlibat persoalan dengan tokoh lain, baik secara individu maupun
kelompok, Biasanya konflik ini merupakan titik tolak untuk membangun konflik
lain yang lebik panas.
c. Tahap Komplikasi
Pada tahap ini
tokoh terlibat persoalan yang lebih serius, baik dengan tokoh yang telah
berkonflik sebelumnya, atau dengan orang lain, sehingga konflik smakin menajam.
Masing-masing tokoh makin memperlihatkan keinginan atau tujuan yang hendak
dicapai.
d. Tahap Klimaks
konflik menajam
bergerak ke arah puncak. Masing-masing tokoh memberikan pilihan atau tawaran
jalan keluar.Tokoh jahat dan tokoh baik sama-sama berusaha menanggapi
keinginannya. Untuk itu, masing-masing tokoh dapat memanfaatkan tokoh lain
memihak padanya. Tokoh baik lebih menyukai jalan keluar yang memenangkan
tujuannya. Sebaiknya tokoh jahat akan memilih penyelesaian yang sesuai
keinginanan dirinya sendiri.
e. Tahap Anti Klimaks / Penurunan laku
Pada tahap ini
konflik mulai mereda. Masing-masing tokoh menempuh penyelesaian yang diputuskan
masing-masing dengan atau tanpa kesepakatan.
f.
Tahap Penyelesaian / Ending
Jika penulis naskah menghendaki tema untuk
mengedepankan kebaikan, lazimnya tokoh
antagonis akan mengalami kekalahan. Akan tetapi, jika pengarang ingin
menunjukkan bahwa sebuah kebaikan itu mudah diraih, maka biasanya tokoh baik
diletakkan pada posisi menang.
terimakasih, ini sangat membantu saya dalam mempelajari drama :)
BalasHapusMudah untuk dipelajari
BalasHapusterima kasih sudah berkenan membaca, semoga bermanfaat.
Hapus